Digital as the Future of Indonesia Economy Growth: Peran Generasi Z “Sang Kreator” Sebagai Pribumi Digital dalam Masa Depan Ekonomi Indonesia
Oleh : Parulian Irwansyah
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Email : irwansyahclasss@gmail.com
Perubahan merupakan suatu yang sering dibicarakan, penting dan terjadi di seluruh dunia. Keadaan yang dirasakan saat ini setidaknya bagian dari perubahan-perubahan yang terjadi sebelumnya. Perubahan sangat erat dengan adaptasi dan menghandle resistensi terhadap perubahan. Dalam huruf mandarin perubahan erat dengan kata krisis yaitu perpaduan dua kata wāi ji yang berarti dangerous dan opportunity. Perubahan tidak dapat dihindari sekarang di abad 21 dunia telah memasuki revolusi industri ke 4 atau 4.0 yang berbasis internet. Industri 4.0 adalah era keemasan gadget, komunikasi instan dan informasi tanpa batas.
Indonesia pada saat ini berada di peringkat ke 7 dalam hal akses internet, penetrasi penggunaan telah mencapai 51,8 persen dari total penduduk. WeAreSocial merilis Global Digital Report dalam laporan tersebut terdapat beberapa hal menarik dari dunia digital Indonesia diantaranya pengguna internet mencapai 132 juta jiwa, sekitar 60 persennya mengakses internet menggunakan smartphone. Bahkan pertumbuhan media sosial Indonesia sangat besar mencapai 23 persen atau 24 juta jiwa dalam satu tahun dan terbesar ke 3 didunia. Sehingga hal tersebut dapat mendorong optimisme pemanfaatan teknologi digital bagi Indonesia.
Di Indonesia “kids zaman now” adalah istilah untuk menyebut generasi Z yang berada pada rentang usia 9-20 tahun yang sedang duduk dibangku sekolah mulai SD, SMP, SMA sampai perguruan tinggi Terdapat beberapa karakteristik berbeda generasi Z dibanding generasi sebelumnya (generasi X). Generasi Z sangat bergantung dengan gawai (smartphone) dan internet. Dibandingkan generasi sebelumnya, generasi Z memiliki kesadaran untuk menjadi pencipta daripada konsumen pasif.
Sekitar 80 persen anak-anak dan remaja (usia 10-19 tahun) adalah pengguna internet aktif, sebagian besar berada di Yogyakarta, Jakarta dan Banten. Kemudian 38 persen-nya berada di tingkat SMP Menurut Don Tapscott dalam bukunya Grown up Digital menyebut generasi yang lahir antara tahun 1998-2009 adalah generasi Z atau generasi net. Generasi Z merupakan generasi teknologi yang terhubung dengan internet sejak awal untuk berkomunikasi. Komputer dan internet adalah hal yang biasa dan kebanyakan kehidupan mereka dihabiskan di world wide web. Generasi Z bisa disebut anak kandung teknologi dan internet sebagai generasi pertama yang lahir di era digital. Generasi lahir pada tahun 1998-2009. Kelompok generasi pasca milenial ini berada pada 29 persen dari total populasi Indonesia tahun 2010.
Perkembangan ini memberikan peluang serta mempengaruhi kehidupan bahkan muncul istilah everything is digital. Dalam konteks Indonesia digital muncul dalam berbagai bidang seperti dalam bersosialisasi ada media sosial Facebook, transportasi Gojek, perdagangan (e-commerce) Bukalapak, pendidikan Quipper, perbankan ada E-banking dan lain-lain. Pengguna internet baik pribumi digital maupun migran digital menggunakannya secara rutin. Perubahan selalu memunculkan masalah-masalah baru maka akan membutuhkan cara-cara baru untuk menghadapinya. Fenomena digital ini memunculkan efek domino terhadap perubahan diberbagai bidang kehidupan atau digitalisasi. Melalui perubahan ini apabila diadaptasi dengan baik akan memberikan hasil yang baik juga bagi perubahan yang terjadi termasuk perubahan digital dalam masa depan ekonomi Indonesia.
Menurut Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia merilis 93,1 persen konten internet diakses masyarakat Indonesia ialah komersial atau perdagangan. Konten komersial yang paling banyak dikunjungi berupa onlineshop sekitar 62 persen. Perkembangan internet di era digital menimbulkan masyarakat jejaring (network society) yang mulai saling terhubung. Perkembangan teknologi digital telah membuat komunitas online baru. Dalam bidang ekonomi, teknologi digital telah memunculkan komunitas belanja online dalam platform belanja online yang memungkinkan pertukaran informasi atau umpan balik antar pelanggan. Dalam hal ini setiap pelanggan dapat beropini berdasarkan pengalamannya terhadap suatu produk dan membaginya kepada komunitas. Keadaan tersebut berdasarkan studi bahwa informasi terhadap produk dari komunikasi antar pelanggan, sebagai bentuk partisipasi dalam komunitas belanja online mempengaruhi pengambilan keputusan dalam membeli produk. Kemunculan masyarakat kultural dan ekonomi baru dari sudut pandang revolusi teknologi informasi. Optimalisasi dari kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi berbasis pengetahuan dan informasi memunculkan masyarakat informasi dan bentuk baru dari kapitalisme.
Dalam konteks Indonesia digitalisasi dalam kaitannya dengan masa depan ekonomi juga menjadi suatu tantangan di abad 21 terutama tuntutan dalam bidang pendidikan agar tetap relevan bagi bagi gaya hidup digital generasi Z. Tentu saja adaptasi menjadi kunci dalam menghadapi perubahan tersebut ketimbang menanggapi dengan resisten. Karena perkembangan digital seperti masyarakat digital menempatkan Indonesia sebagai potensi berkembangnya potensi usaha digital. Tren pertumbuhan ini berkembang pesat dengan semua sektor ekonomi yang terdigitalisasi. Ekonomi baru dan generasi Z yang serba digital yang memiliki karakteristik tidak pasif hanya sebagai konsumen tetapi aktif menjadi kreator. Ini akan mempelopori penyelesaian masalah yang ada di masyarakat melalui teknologi digital di Indonesia. Tentu ekonomi digital harus ditopang generasi Z pendidikan IPS ekonomi yang memadai untuk mengantisipasi dan menyesuaikan agar pertumbuhan digital berdampak pada ekonomi digital.
Daftar Pustaka
Buku
Dobbs dkk. (2015). No ordinary disruption. United States: McKinsey and Company. Nasrullah, R dkk. (2017). Materi pendukung literasi digital. Jakarta: Gerakan Literasi Nasional Kemendikbud.
Trilling, B & Fadel, C. (2009). 21st century skills: learning for life in our time. San Francisco: Jossey-Bass Triastuti, E dkk. (2017). Peta perlindungan anak Indonesia di internet. Jakarta: Kemkominfo.
Jurnal
Castells, M. (2010). The Rise of the Network Society. Massachusetts: Blackwell Publishing (Vol. I). Wely-Blackwell. https://doi.org/10.2307/1252090
Cheung, C. M. K. dkk.(2015). How Online Social Interactions Influence Customer Information Contribution Behavior in Online Social Shopping Communities: A Social Learning Theory Perspective. JOURNAL OF THE ASSOCIATION FOR INFORMATION SCIENCE AND TECHNOLOGY,1–11.https://doi.org/10.1002/asi
Vélez, A. P dkk. (2017). The Role of Adults in Children Digital Literacy. Procedia – Social and Behavioral Sciences,237(June 2016),887–892. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2017.02.124 Qin dkk. (2016). A categorical framework of manufacturing for industry 4.0 and beyond. Procedia Changeable, agile, reconfigurable & virtual production, 54, 173-178.
Internet
Agahari, W. (2017). Peluang dan tantangan ekonomi digital Indonesia. Diakses dari https://cipg.or.id/id/blog_article/peluang-dan-tantangan-ekonomi-digital-di-indonesia/ DataIndonesia.Id.(2022). Rangkuman data perkembangan ekonomi digital Indonesia. Diakses dari https://finansial.bisnis.com/read/20220215/563/1500443/rangkuman-data-perkembangan ekonomi- digital-indonesia
Internet World stats. (2017). Top 20 countris in usert vs all the world.Diakses dari http://www.internetworldstats.com/top20.htm
Ramadhan, B. (2018). Inilah perkembangan digital Indonesia tahun 2018. Diakses dari https://www.goodnewsfromindonesia.id/2018 /02/06/inilah- perkembangan digital-indonesia-tahun-2018
Salim, Satriwan. ( 2017). Teacher dan parent zaman old mendidik ‘kids zaman now’. Diakses dari http://republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/17/11/13/ oyu6oz396-teacher-dan-parent zaman-old-mendidik-kids-zaman-now
0 Comments