PEMBELAJARAN BERNUANSA ETNOMATEMATIKA

Uploaded by ZakaFahmi

January 15, 2023

PEMBELAJARAN BERNUANSA ETNOMATEMATIKA TERHADAP BUDAYA RASULAN GUNUNGKIDUL DENGAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PADA MATERI PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG KELAS VII SMP

Annisa Salma Zakiyyah1

Program Studi Pendidikan Matematika

Universitas Negeri Semarang

Annisalma1402@students.unnes.ac.id 

ABSTRAK

Budaya merupakan suatu unsur penting pembentuk identitas suatu bangsa. Akan tetapi, adanya perkembangan zaman membuat budaya semakin terabaikan. Matematika yang cederung abstrak membuat siswa mengalami beberapa kesulitan untuk memahami materi pembelajaran. Maka perlu pembelajaran berbasis etnomatematika sebagai salah satu alternatif untuk menciptakan pembelajaran yang efektif. Komunikasi matematis diperlukan untuk mengkomunikasikan gagasan baik secara lisan, tulisan, ataupun visual, baik dalam ataupun di luar pembelajaran matematika. Adapun Indikator kemampuan komunikasi matematis menurut NCTM yaitu: kemampuan mengekspresikann ide-ide matematika melalui lisan, tertulis, dan mendemonstrasikannya serta mengambarkannya secara visual; kemampuan memahami, menginterprestasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematika baik secara lisan maupun bentuk visual; Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan strukturnya untuk menyajikan ide, menggambarkan hubungan dan model situasi. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pengumpulan data menggunakan wawancara, pemberian tes, dan dokumentasi. Dari hasil penelitian, kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII SMP secara umum dikatakan kurang maksimal dikarenakan sebagian besar siswa belum memenuhi beberapa indikator kemampuan komunikasi matematis.

Kata Kunci: Budaya, Komunikasi Matematis, Etnomatematika

ABSTRACT

Culture is an important element that forms the identity of a nation. However, the development of the times makes the culture even more neglected. Abstract mathematics makes it difficult for students to understand the learning material. Then it is necessary to learn based on ethnomathematics as an alternative to create effective learning. Mathematical communication is needed to communicate ideas either orally, in writing, or visually, both in and out of mathematics learning. The indicators of mathematical communication skills according to NCTM are: the ability to express mathematical ideas through oral, written, and demonstrate them and describe them visually; the ability to understand, interpret, and evaluate mathematical ideas both orally and visually; Ability to use terms, mathematical notations and their structure to present ideas, describe relationships and models of situations. This type of research is qualitative research with data collection using interviews, test giving, and documentation. From the results of the study, the mathematical communication skills of grade VII junior high school students in general are said to be less than optimal because most students have not met some indicators of mathematical communication skills.

Keywords: Culture, Mathematical Communication, Ethnomathematics

 

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Budaya adalah cara hidup yang berkembang, dimiliki bersama oleh sekelompok orang, dan diturunkan dari generasi ke generasi. Antropolog ternama dunia Clifford Geertz mengatakan kebudayaan merupakan sistem keteraturan dari makna dan simbol-simbol. Simbol tersebut kemudian diterjemahkan dan diinterpretasikan agar dapat mengontrol perilaku, sumber-sumber ekstrasomatik informasi, memantapkan individu, pengembangkan pengetahuan, hingga cara bersikap. Budaya merupakan suatu unsur penting pembentuk identitas suatu kumpulan orang banyak terlebih suatu bangsa. Kepribadian suatu bangsa akan tercermin melalui budaya nya. Akan tetapi adanya perkembangan zaman membuat budaya semakin terabaikan. Astri Wahyuni, dkk (2013: 2) menyatakan bahwa salah satu yang dapat menjembatani antara budaya dan pendidikan matematika adalah etnomatematika.

Dalam penerapan pembelajaran matematika, peserta didik mengalami beberapa kesulitan. anak cukup sulit ketika hanya disodorkan sebuah angka dan gambar. Karena kelemahan beberapa siswa adalah sulit membayangkan sesuatu hal yang tidak nyata atau abstrak. Prayitno (2013) berpendapat bahwa komunikasi matematis diperlukan untuk mengkomunikasikan gagasan atau menyelesaikan masalah matematika, baik secara lisan, tulisan, ataupun visual, baik dalam pembelajaran matematika ataupun di luar pembelajaran matematika. Adapun Indikator kemampuan siswa dalam komunikasi matematis pada pembelajaran matematika menurut NCTM yaitu sebagai berikut:

  1. Kemampuan mengekspresikann ide-ide matematika melalui lisan, tertulis, dan mendemonstrasikannya serta mengambarkannya secara visual;
  2. Kemampuan memahami, menginterprestasikan, dan mengevaluasi ideide matematika baik secara lisan maupun bentuk visual lainnya;
  3. Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi Matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide, menggambarkan hubungan-hubungan dan model-model situasi.
Baca juga :   Masa depan industri dan peran manusia di era robot

Sehingga adanya inovasi untuk membuat pembelajaran itu sangat diperlukan. Guru bisa membawa budaya rasulan secara nyata dalam kelas untuk pengaplikasian dalam materi persegi dan persegi panjang. Atau siswa diminta untuk mengikuti budaya rasulan tersebut. Karena seiring berkembangnya zaman, anak-anak masa kini semakin merasa tidak peduli terhadap budaya yang ada. Sehingga guru cukup sulit untuk beradaptasi dan menerapkan pembelajaran berbasis budaya. Glenn James dan Robert C. James menyatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri.

Dengan kondisi yang cukup miris, dalam penelitian perlu adanya penekanan serta pemahaman baik kepada guru, peserta didik, keluarga, maupun masyarakat untuk selalu memakmurkan budaya yang sudah ada. Guru seharusnya mewajibkan setiap peserta didik untuk menonton atau mengikuti rasulan yang ada di rumahnya masing-masing. Atau dengan cara lain, guru dapat menjelaskan mengenai budaya rasulan dengan penjelasan yang menarik sehingga peserta didik memiliki rasa ingin tahu lebih besar. Oleh karena matematika yang cenderung abstrak, maka perlu pembelajaran berbasis etnomatematika sebagai salah satu alternatif untuk menciptakan pembelajaran yang efektif. Etnomatematika merupakan penggunaan nilai-nilai matematika dalam suatu kebudayaan yang ada pada suatu lingkungan masyarakat. Etnomatematika mulai diperkenalkan pada tahun 1977 oleh seorang matematikawan Brazil yang bernama D’Ambrosio.

1.2.Rumusan Masalah

  1. Bagaimana sejarah dan perkembangan pada kegiatan rasulan di Kabupaten Gunungkidul?
  2. Apa saja aktivitas fundamental matematis yang tedapat pada kegiatan rasulan di Kabupaten Gunungkidul?
  3. Apa saja topik matematika yang tedapat pada kegiatan rasulan di Kabupaten Gunungkidul?

1.3.Tujuan Penelitian

  1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan dari kegiatan rasulan di Kabupaten Gunungkidul.
  2. Untuk mengetahui aktivitas fundamental matematis yang tedapat pada kegiatan rasulan di Kabupaten Gunungkidul.
  3. Untuk mengetahui topik matematika apa saja yang tedapat pada kegiatan rasulan di Kabupaten Gunungkidul.

1.4.Manfaat Penelitian

  1. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengenalkan sejarah budaya rasulan di Kabupaten Gunungkidul.
  2. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk siswa, guru, maupun orang lain untuk menambah pengetahuan dalam bidang pendidikan khususnya bidang matematika dan menambah referensi contoh soal yang berkaitan dengan budaya rasulan.
  3. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menunjukkan contoh permasalahan dan juga penerapan yang nyata pada matematika dalam kehidupan sehari-hari.

 

BAB II LANDASAN TEORI

2.1.Teori – Teori Pendukung

Rasulan terdapat di berbagai daerah di pulau Jawa, termasuk beberapa daerah di Gunungkidul. Pada dasarnya budaya/tradisi ini adalah sebagai perwujudan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah setiap tahunnya. Tujuan lain adalah agar panen tahun depan tidak berkurang dan agar suatu daerah yang menggelar upacara ini terhindar dari musibah. Masyarakat melaksanakan upacara ini dengan cara memasak nasi dan lauk-pauknya dalam jumlah yang banyak (terdiri dari aneka macam lauk yang memiliki filosofi tersendiri) kemudian dibawa ke balai desa untuk di do’akan kemudian dimakan bersama dan sisanya dibagikan kepada seluruh warga. Kemudian pada malam harinya di adakan pagelaran wayang kulit. Kebiasaan ini memang tidak jelas bagaimana asal-usulnya, namun sampai saat ini terus dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Gunungkidul.

Tradisi bersih desa atau Rasulan mempunyai 2 makna yaitu, pertama sebagai gerakan kebersihan yang dikerjakan oleh masyarakat setempat secara bergotong- royong, kedua sebagai persembahan terhadap para nabi, danyang, serta ibu pertiwi yang telah memberikan hasil panen. Kegiatan upacara bersih desa tidak lepas dari interaksi sosial masyarakat karena interaksi sosial melibatkan banyak orang sehingga mempunyai hubungan timbal balik antara pelaku dan upacara yang akan dilakukan serta unsur-unsur yang mendukungnya.

Dalam tradisi rasulan juga memuat aktivitas yang dapat dikelompokkan ke dalam aktivitas fundamental matematis menurut Bishop (1988). Jadi, budaya rasulan dapat dikaitkan dengan topik matematika tertentu seperti persamaan linear dan pertidaksamaan linear satu variabel, luas dan keliling bangun datar, luas permukaan dan volume bangun ruang sisi datar serta bangun ruang sisi lengkung. Pengaitan ini diharapkan dapat membantu peserta didik memiliki gambaran nyata pada penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari dan juga untuk menambah wawasan untuk mengetahui apa saja unsur matematika dalam budaya terutama budaya rasulan.

Baca juga :   Pemanfaatan IoT dalam Alat-Alat Manufaktur untuk Meningkatkan Efisiensi

2.2.Kerangka Berpikir

Indonesia memiliki budaya yang beragam. Salah satu budaya yang masih ada sampai saat ini adalah budaya rasulan. Rasulan adalah kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas keberhasilan panen dan memohon doa untuk panen berikutnya. Tradisi ini merupakan kegiatan dengan cara adanya bersih desa atau gotong royong membersihkan desa lalu nantinya akan diadakan berbagai macam acara dari malam sebelum tanggal tradisi itu diadakan. Kegiatan ini dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu acara hiburan seperti pentas seni dan ketoprak, hiburan lain yaitu reog, jathilan, pawai, atau kirab budaya, dan wayangan. Hubungan antara budaya dengan matematikajuga dapat diimplementasikan pada pembelajaran matematika tingkat SMP.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tradisi rasulan atau bersih desa adalah salah satu seni budaya yang sudah berlangsung turun temurun. Budaya rasulan termasuk budaya Jawa khususnya di wilayah Gunungkidul. Pada tiap – tiap dusun, rasulan diadakan pada waktu yang berbeda – beda (Mixdam, 2015: 17). Latar belakang munculnya tradisi Rasulan di Gunungkidul yaitu dulu masyarakat petani ketika masa panen memperoleh hasil yang melimpah. Sehingga masyarakat petani mengadakan syukuran yang dulu masih sederhana hanya dengan makan bersama. Hal tersebut sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas segala nikmat yang telah diberikan. Tradisi rasulan ini diadakan setiap satu tahun sekali, yang dalam pelaksanaannya juga berkembang, tidak hanya dengan makan bersama. Perkembangan yang terjadi adalah terdapat rangkaian kegiatan dalam tradisi rasulan seperti lomba – lomba dan hiburan bagi masyarakat. 

Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan, peneliti menemukan adanya unsur – unsur matematika pada budaya Rasulan, di antaranya,

Encek merupakan wadah untuk makanan rasul, yang mana itu menjadikan suatu ciri khas tersendiri bagi masyarakat Gunungkidul. Apabila dikaitkan dengan unsur matematika, pada Gambar 1 terdapat suatu alas encek yang berbentuk persegi.

Persegi adalah suatu segi empat dengan semua sisinya sama panjang dan semua sudut-sudutnya sama besar dan siku-siku (90°). Sifat-sifat Persegi yaitu semua sisi persegi sama panjang dan Setiap sudut persegi dibagi dua sama besar oleh diagonalnya serta kedua diagonalnya berpotongan tegak lurus. Didapat pula rumus keliling dan luas persegi

  • Keliling Persegi

Persegi merupakan persegi panjang yang semua sisinya sama panjang sehingga p=l

Karena p=l , maka keliling persegi adalah k=(2(p+l)=2(2p)=2(2l) misalkan p=l=s , maka

K=4s

Dengan 

s = panjang sisi persegi

  • Luas Persegi

Suatu persegi mempunyai ukuran panjang=lebar atau p=l=s , maka rumus luas persegi adalah

L=s×s= S^{2}

Dengan 

s = panjang sisi persegi

Jika encek tersebut ditumpuk ke atas menjadi beberapa tingkatan, maka kita peroleh gambar ilustrasi sebagai berikut

Sehingga ketika kita ambil salah satu alas dari tumpukan tersebut akan berbentuk persegi panjang

Persegi panjang adalah sebuah bentuk dengan 4 sisi, dimana sisi-sisinya menghadap dengan panjang yang sama dan memiliki empat simpul. Selain sisi-sisi berlawanan yang memiliki panjang yang sama, ia juga memiliki empat buah sudut yang berukuran sama yaitu 90°. Adapun sifat-sifat persegi panjang tersebut, antara lain :

✔ Ia memiliki empat sisi, dua pasang sisi berlawanan dan sejajar

✔ Memiliki simetri 2 kali lipat

✔ Memiliki simetri rotasi sekunder

✔ Ia memiliki 4 titik sudut, yang semuanya sama, yaitu sudut siku-siku (90)°

✔ Diagonal persegipanjang berpotongan di tengah persegipanjang

✔ Bagian tengah persegipanjang membagi diagonal menjadi dua bagian yang sama.

✔ Ia memiliki dua sumbu simetri, sumbu vertikal dan sumbu horizontal.

Didapat pula rumus keliling dan luas persegi panjang

  • Keliling Persegi Panjang

K=2×(p+l)

  • Luas Persegi Panjang

L=p×l

 

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan diperoleh pembahasan mengenai deskripsi kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VII pokok bahasan persegi dan persegi panjang sebagai berikut:

  1. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Tinggi
Baca juga :   Kampanye Digital dengan Website, Perlukah?

Komunikasi matematika adalah kemampuan untuk berkomunikasi yang meliputi kegiatan penggunaan keahlian menulis, menyimak, menelaah, meginterpretasikan, dan mengevaluasi ide, simbol, istilah, serta informasi matematika yang diamati melalui proses mendengar, mempresentasi, dan diskusi.

Dilihat dari hasil jawaban MZ memiliki kemampuan komunikasi matematika yang cukup baik dalam menyelesaikan soal materi persegi dan persegi panjang. Siswa mampu mengungkapkan ide matematika secara lisan dan mampu mengekspresikannya melalui tulisan dengan baik. Komunikasi tertulis dapat berupa penggunaan kata-kata, gambar, tabel, dan sebagainya yang menggambarkan proses berpikir siswa. Sedangkan komunikasi lisan dapat berupa pengungkapan dan penjelasan verbal atau gagasan matematika. Dalam menyelesaikan ke-tiga soal, MZ mengetahui informasi apa yang diketahui dan ditanyakan soal dengan baik. Langkah-langkah yang diberikan MZ dalam menyelesaikan soal serta perhitungan yang dilakukan sudah benar. Dari soal yang diberikan MZ dapat memberikan pernyataan akhir sebagai kesimpulan dari jawaban yang telah diperoleh

  1. Kemampuan komunikasi Matematis Siswa Sedang

   

Kemampuan komunikasi matematis siswa dengan kemampuan sedang dapat dikategorikan cukup baik.  Hal tersebut dikarenakan siswa dapat menuliskan bentuk representasi matematis berupa rumus-rumus yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Siswa juga menunjukkan penggunaan bahasa matematika dengan cukup baik yaitu dengan menuliskan simbol-simbol matematika dalam menuliskan penyelesaian permasalahan matematika walaupun belum mampu menyampaikan secara lisan. Siswa juga dapat menggambarkan menyajikan data   yang sesuai untuk beberapa soal.  Selain itu subjek siswa dapat memberikan alur pikirannya dengan jelas meskipun belum menuliskan langkah-langkah penyelesaian dengan rinci, serta dapat menggunakan berbagai bentuk representasi yaitu dengan melakukan perhitungan meski terdapat satu soal, dimana HQ kurang teliti saat menghitung sehingga diperoleh hasil akhir yang salah.

  1. Kemampuan komunikasi Matematis Siswa Rendah

Berdasarkan hasil tes dan wawancara dapat diketahui bahwa siswa dengan kemampuan komunikasi matematis rendah kurang mampu menguasi indikator-indikator kemampuan komunikasi matematis dengan baik.

Siswa dengan kemampuan komunikasi matematis rendah pada umumnya kurang mampu mengekpsresikan ide matematikanya dengan baik. Dalam menyelesaikan soal, subjek ZH tidak menuliskan informasi yang diketahui, informasi yang ditanyakan, serta konsep rumus yang digunakan. Selanjutnya pada nomor 1 ZH belum menemukan strategi yang tepat dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Siswa berkemampuan rendah menunjukkan bahwa belum mampu menggunakan bahasa matematika dengan baik. 

KESIMPULAN

Kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII SMP secara umum dikatakan kurang maksimal. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar siswa belum memenuhi beberapa indikator dari ke-tiga indikator kemampuan komunikasi matematis. Masih ada siswa yang kurang dalam mengidentifikasi apa yang diketahui dan yang ditanyakan dari soal sebelum melakukan   pengerjaan, belum mampu menemukan konsep rumus yang harus digunakan, masih melakukan kesalahan dalam melakukan perhitungan, serta belum mampu menentukan atau menarik sebuah kesimpulan.

DAFTAR PUSTAKA

Wulandari, E., Nurkholidah, A. F., Solikhah, C. (2018). Penguatan Nilai Budi Pekerti Melalui Tradisi Rasulan Gunungkidul. Habitus: Jurnal Pendidikan, Sosiologi dan Antropologi. Vol. 2 No.1, p.139-150. https://jurnal.uns.ac.id/habitus/article/view/20416/15846

Wardani, H. E., Setyani, C. P., Prasetyo, D. A. B. (2020). Kajian Etnomatematika pada Budaya Merti Desa di Desa Giring, Kecamatan Paliyan, Gunung Kidul. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (Sendika). Vol 6, No 2. http://repository.usd.ac.id/38455/1/6517_1208-2502-1-PB.pdf

Pane, N. S., Jaya, I., Lubis, M. S. (2018). Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Materi Penyajian Data di Kelas VII Mts Islamiyah Medan T.P 2017/2018. Axiom: Jurnal Pendidikan & Matematika. Vol 7, No 1. http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/axiom/article/view/1779/1412

Nurhasanah, R. A., Waluya, S. B., Kharisudin, I. (2019). Kemampuan Komunikasi Matematis dalam Menyelesaikan Masalah Soal Cerita. Seminar Nasional Pascasarjana. https://proceeding.unnes.ac.id/index.php/snpasca/article/download/369/194 

Sarumaha, K. S., Sarumaha, R., Gee, E. (2022). Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Pada Materi Spldv Di Kelas VIII SMPN 3 Maniamolotahun Pembelajaran 2020/2021. AFORE: Jurnal Pendidikan Matematika. Vol. 1, No.1. https://jurnal.uniraya.ac.id/index.php/Afore/article/view/342/280 

 

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *