Pengaruh Teknologi dalam Dakwah Milenial Karina Dwi Anjarsari Bahasa Dan Sastra Indonesia Universitas Airlangga by Karina Dwi Anjarsari

Uploaded by ZakaFahmi

January 5, 2023

Pengaruh Teknologi dalam Dakwah Milenial Karina Dwi Anjarsari Bahasa Dan Sastra Indonesia Universitas Airlangga

Perkembangan zaman dengan hadirnya teknologi canggih membuat takjub dunia, khususnya dalam hal informasi dan komunikasi. Kemajuan teknologi berawal dari keinginan manusia untuk bertukar informasi. Maka, pada saat itu bahasa adalah teknologi. Bahasa memungkinkan seseorang memahami informasi yang disampaikan oleh orang lain. Tetapi bahasa yang disampaikan dari mulut ke mulut hanya bertahan sebentar saja, yaitu saat si pengirim menyampaikan informasi melalui ucapannya. Setelah ucapan itu selesai, maka informasi berada pada tangan si penerima yang hanya bersifat terbatas, atau dengan kata lain akan mudah hilang di kemudian hari. Selanjutnya, teknologi penyampaian informasi berkembang melalui gambar, alfabet, angka, hingga media sosial digital.

Teknologi dianggap sebagai media atau alat untuk mempermudah kehidupan. Namun, juga bisa menjadi momok bagi banyak orang karena tidak sesuai dengan aturan atau norma yang ada. Pernyataan ini dapat dilihat dari fenomena aktivitas sehari-hari masyarakat yang bersifat individual, egoisme, narsis, eksis, kerawanan mental, dan lain sebagainya. Terlebih lagi, setiap dari mereka memiliki smartphone dengan segala fitur terbaru. Facebook, youtube, twitter, instagram, dan whatsapp merupakan yang paling sering digunakan. Jika media sosial tersebut dimanfaatkan secara bijak, maka banyak keuntungan yang bisa diperoleh bagi penggunanya. Beragam tutorial tentang pembelajaran, pembangunan, dan keterampilan akan tersedia melalui aplikasi-aplikasi tadi.

Kemudian generasi milenial sekarang sedang menyita perhatian semua kalangan. Mereka sering tersorot perbincangan dalam segala aspek, baik segi pendidikan, norma-norma, kesadaran sosial, kondisi mental, termasuk ketergantungan terhadap penggunaan teknologi. Generasi milenial menganggap kemajuan yang terjadi saat ini harus dimanfaatkan secara optimal. Rugi jika tidak menjadi bagian dari hal tersebut. Pekerjaan yang dahulu dilakukan mencapai hitungan jam, hari, bahkan minggu sudah bisa terselesaikan selama beberapa menit hanya dengan menekan satu tombol. Kecanggihan seperti itu menjadi kebanggaan bagi mereka.

Baca juga :   TRANSFORMASI PEMBELAJARAN MENGUNGKAP POTENSI PAPAN TULIS DIGITAL DAN PEN STYLUS DALAM SEKOLAH

Islam adalah agama rahmatallil ‘alamin, tidak pernah membelenggu umatnya untuk maju. Islam datang seperti cahaya disaat kegelapan meliputi semesta. Islam datang seperti hujan di gurun pasir yang membawa kesejukan dan kedamian bagi sesama. Islam hanya memberikan rambu-rambu yang jelas tentang sebuah perkara supaya manusia selalu berada pada jalan kebenaran. Belum pahamnya generasi milenial secara utuh terhadap nilai-nilai yang ada dalam Islam, menjadi penyebab mereka berpikir bahwa Islam hanya sebagai penghambat kemajuan, pengekang kebebasan, pencipta permusuhan, dan berbagai label lainnya. Maka dari itu, dibutuhkan rasa kesadaran dan keseimbangan akan kebenaran Islam terhadap kebutuhan individu dan sosialnya.

Pemahaman agama yang baik bagi generasi milenial dapat menjadikannya manusia yang sesungguhnya. Hidup tidak harus mengedepankan egoisme saja, tetapi kemampuan untuk menerima keberadaan orang lain juga penting. Individualisme bukan ajaran Islam yang hakiki. Islam mengajarkan umatnya untuk bersaudara, bersilatuhrahmi, dan tolong menolong dalam kebaikan. Pendekatan agama atau dakwah terhadap generasi milenial perlu dilakukan melalui pemanfaatan media-media komunikasi karena pengguna terbanyak adalah generasi milenial. Hal tersebut dipercaya sebagai upaya mencapai sasaran lebih mudah karena beda generasi beda pula cara pendekatan yang digunakan.

Saat ini sudah hadir dai-dai yang mempunyai ciri khas tersendiri. Mulai dari materi pembahasan, style, retorika, performa, dan lain sebagainya. Generasi milenial sudah diberikan pilihan mau cari yang seperti apa, kapan waktunya, berapa lama, dimana, semuanya bisa banget diatur oleh mereka. Bukankah semua umat Islam sepakat bahwa dakwah adalah amalan yang disyariatkan dan masuk kategori fardu kifayah, tidak boleh dalam kategori diabaikan, diacuhkan, serta dikurangi bobot kewajibannya. 

Setiap orang memiliki cara berdakwah yang berbeda, begitu juga hidayah Allah sampai kepada manusia dengan cara yang berbeda. Dakwah melalui internet dinilai sangat efektif, karena didukung oleh sifat internet yang tidak terbatas ruang dan waktu. Materi dakwah bisa disebarluaskan dengan cepat dan efisien. Melihat kenyataan dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pada saat ini, sudah saatnya dakwah bil-internet dilakukan oleh pemuda pemudi Muslim. Akan tetapi, dakwah pada era 

Baca juga :   TEKNOLOGI DAN REMAJA HARUS SEIMBANG UNTUK BERKEMBANG

milenial ini dituntut untuk dapat aktual, faktual, dan kontekstual. Aktual berarti dakwah bisa memecahkan masalah. Faktual berarti dakwah dilakukan secara konkrit dan nyata. Sedangkan kontekstual berarti penyampaian dakwah secara 

relevan dan menyangkut problematika yang sedang dihadapi masyarakat.

Dalam dakwah di era digital, maka para da’i perlu mengoptimalkan kerja tim (teamwork). Bukan hanya single fighter atau one man show yang akan merepotkan dan menyulitkan mereka sendiri, baik saat mencari tema, melakukan riset maupun memperkaya sumber-sumber data. Belum lagi jika jumlah penggemar semakin banyak, maka godaan jabatan pun sudah datang menunggu. Baik dari Politisi, Pejabat atau berbagai kelompok berkepentingan yang merayu dai untuk memanfaatkan followers juga subscribernya. Lalu godaan kedua adalah keuntungan materi yang menanti dalam diri dengan bentuk lain, yaitu berupa penetapan tarif oleh pribadi maupun dengan alasan pihak manajemen. Demikian beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam berdakwah di era milenial dan digital sekarang.

Meski media sosial memiliki sumbangsih positif bagi dakwah namun juga meninggalkan sejumlah catatan yang menuntut perhatian. Seperti kedangkalan dakwah atau tidak tuntasnya penyampaian materi dakwah, mudah menyebarnya ujaran kebencian atas nama kebebasan berpendapat, keengganan mengakses sumber primer, dan masalah filter kualitas dai. Tidak hanya berhenti di situ, dakwah digital yang cenderung instan, praktis, dan pendek menyebabkan sebagian orang malas belajar agama dari kitab-kitab induk. Mereka merasa internet mampu menjawab semua pertanyaan, termasuk pertanyaan seputar agama. Kemudian juga tidak diperkenankan berdakwah dengan cara agresif, diskriminatif, dan mengeksploitasi isu SARA. Cara berdakwah yang baik adalah niatkan semata-mata untuk mencari keridhoan Allah SWT, menyampaikan dengan sandaran Al-Quran dan Hadist, sopan dan santun, lemah lembut, serta bisa menjadi uswatun hasanah bagi warga masyarakat di Indonesia.

Karya : Karina Dwi Anjarsari

Email : anjarsarikarina277@gmail.com

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *