INOVASI TEKNOLOGI REAKTOR BIOFEUL VEGETABLE WASTE BERBASIS ENERGI BARU TERBARUKAN ( EBT) SEBAGAI ALTERNATIF PEMAKAIAN GAS ELPIJI 3 Kg
Teknologi muncul bersamaan dengan adanya spesies manusia di muka bumi. Manusia sebagai mahkluk yang memiliki kelebihan akal, selalu melakukan rekontruksi dan analisis teknologi sesuai dengan peredapan manusia. Keberadaan teknologi diciptakan oleh manusia sebagai upaya untuk mempertahankan hidup, serta memudahkan segala kegiatanya. Teknologi mengalami kemajuan sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Teknologi merupakan bagian dari tubuh ilmu pengetahuan dan rekayasa yang dapat diaplikasikan pada perancangan produk, proses dan penelitian untuk mendapatkan pengetahuan baru ( Simarmata, 2012:3).
Teknologi hadir dan menjadi bagian yang menyatu dengan kehidupan manusia. Perkembangan teknologi yang pesat, menciptakan setiap inovasi yang memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Teknologi yang baru akan menciptakan produk yang lebih baik dari sebelumnya dan hal ini akan terus berlangsung hingga sekarang. Perkembangan teknologi membuat perubahan dan dampak sangat besar bagi kehidupan manusia. Teknologi berasal dari pengubahan sumber daya alam menjadi alat-alat yang sederhana. Hampir setiap kegiatan manusia selalu menggunakan teknologi, begitu juga dalam pengolahan sumber daya alam diperlukan teknologi yang tepat guna. Adapun salah satu manfaat dari penggunaan teknologi tepat guna adalah mencari teknologi alternatif sumber daya alam pengganti.
Sumber daya alam sangat urgen keberadaanya. Sumber daya alam sangat dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi segala kebutuhanya. Sumber daya alam, seperti minyak bumi, batu bara, emas dan gas alam memiliki jumlah yang sangat terbatas dan akan habis jika digunakan secara kontinyu. Ketika pemakaian sumber daya alam yang bersifat terbatas melampaui kapasitas maka akan terjadi kelangkaan bahkan akan habis. Krisis sumber daya alam disebabkan oleh pemakaian manusia terhadap bahan yang tidak terbarukan, salah satunya pemakaian gas elpiji, dimana gas elpiji merupakan hasil dari gas minyak bumi yang dicairkan dalam kondisi atmosfer, yang melewati serangkaian proses panjang yaitu dengan menambahkan tekanan dan menurunkan suhu gas kemudian berubah menjadi cair. Pemakaian gas elpiji terutama gas elpiji 3 kg sangatlah besar, selain sebagai penunjang aktifitas dapur, gas elpiji 3 kg juga kerap dialihfungsikan sebagai bahan bakar beragam jenis usaha seperti bahan bakar genset yang telah dimodifikasikan sebagai mesin air untuk irigasi sawah.
Pemakaian gas elpiji 3 kg yang terus meningkat secara tidak langsung akan mengurangi ketersediaan bahan bakar gas. Sehingga dampak jangka panjangnya akan menghambat segala proses produksi manusia sendiri. Fenomena ini memunculkan ide penciptaan energi alternatif bahan bakar gas. Salah satu potensi yang bisa dimanfaatkan adalah reaktor biofeul vegetable waste.
Vegetable waste merupakan jenis sampah organik. Dimana permasalahan sampah yang terus meningkat di Indonesia menjadi masalah yang komplek dan perlu penanganan secara cepat. Tumpukan sampah organik yang mengalami peningkatan secara signifikan bisa diolah menjadi energi yang bisa dimanfaatkan. Pengolahan sampah organik dari sayuran menjadi etanol pada prinsipnya adalah memanfaatkan karbonhidrat yang masih tersisa pada limbah tersebut. Perubahan limbah menjadi etanol dilakukan dengan fermentasi aerobik, selanjutnya sisa karbonhidrat yang belum diolah seluruhnya menjadi etanol, diolah kembali melalui fermentasi anaerobik menjadi gas metan (biogas), hal ini dapat meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar sekaligus mengurangi beban sampah (Zain, 2012).
Biofeul adalah cairan yang berasal dari biomassa, terutama dari bahan nabati. Bentuk biofeul dianggap sebagai pengganti yang sempurna untuk bahan bakar fosil karena dianggap lebih ramah lingkungan. Ada tiga generasi biofeul, antara lain: a. Biofeul generasi pertama (terbuat dari tepung, gula, minyak makan atau lemak hewan), b. Biofeul generasi kedua (terbuat dari non- tanaman pangan), dan c. biofeul generasi ketiga (terbuat dari alga). Proses pembuatan biofeul pada prinsipnya adalah dengan dekomposisi bahan organik dalam hal ini sisa-sisa sayuran secara anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar berupa gas metan (yang bersifat mudah terbakar) dan karbon dioksida.
Proses dekomposisi anaerobik dibantu oleh sejumlah mikroorganisme, terutama bakteri metan. Suhu yang baik dalam proses fermentasi adalah 30-55 ºC , dimana suhu tersebut mikroorganisme dapat merombak bahan-bahan organik secara maksimal. Hasil rombakan bahan organik oleh bakteri adalah gas metan seperti: campuran kotoran + sisa-sisa sayuran : Metan (CH4), Karbon dioksida (CO2), Nitrogen (N2), Karbon monoksida (CO), Oksigen (O2), Propena (C3H8), Hidrogen sulfida (H2S), sedikit nilai Kalor (kkal/m2).
Sedangkan bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan reaktor biofeul vegetable waste, antara lain : satu unit drum besi yang berukuran 120 liter, paralon paralon PVC 2 DIM 100 CM, selang ½ DIM 3 Meter, lem plastik, lem G, 1 Buah sok drat dalam ½ DIM,1 buah tutup pipa PVC 2 DIM, selotip kran air, lem tembak, PVC Elbow 1 DIM, klem selang, 2 buah sambungan PVC paralon ukuran 1 DIM, 1 buah sok drat luar ukuran ½ DIM, 1 buah fitting drat ukuran ½ DIM, 1 buah sambungan paralon PVC ½ DIM 5 cm, 1 buah sok drat luar 1 DIM,stop kran 1 DIM 1 buah, pressure gauge dengan baut ¼ DIM,1 buah kran besi.
Proses pembuatan reaktor biofeul vegetable waste, yaitu : ukur tinggi drum setinggi 60 cm untuk saluran kran pembuangan, lubangi drum yang sudah ditandai sebesar diameter sok drat luar 1 DIM, membuat lubang disekitar ruas kedua samping tutup drum selebar paralon 2 DIM, buat lubang di tengah tutup drum selebar fitting drat ½ DIM, membuat lubang kecil untuk memasang hygrometer ¼ DIM, potong bagian tengah paralon 2 DIM sepanjang 15 Cm, pasang selotip kran, pasang sok drat dalam 1/2DIM, pasang pipa penyambung ½ DIM, pasang sok drat dalam ½ DIM,pasang fitting drat ½ DIM di tengah tutup dram, pasang rangkaian sok drat keran dengan fitting drat, pasang hygrometer ¼ DIM di lubang yang sudah disediakan, lem selang kran, pasang sambungan paralon 1DIM,sambungkan sambungan pipa 1 DIM dengan stop kran, pasang sok drat luar 1 DIM dari dalam drum, pasang rangkaian stop kran dengan sok drat.
Pada tahap terakhir mencampurkan sisa-sisa sayuran dengan air, dengan perbandingan 1:1 (bahan biogas), memasukkan biofeul ke dalam reaktor melalui tempat pengisian sebanyak 1.000 liter, selanjutnya akan berlangsung proses produksi biogas dalam reaktor, setelah kurang lebih 10 hari biofeul dan penampung biofeul akan terlihat mengeras karena adanya biogas yang dihasilkan. Pengisian biofeul dapat dilakukan setiap hari sebanyak ± 40 liter setiap pagi dan sore hari. penggunaan teknologi reaktor biofeul dapat digunakan untuk keperluan rumah tangga sehari-hari. pengolahan sisa sayuran (sampah organik) menjadi biofeul selain menghasilkan gas metan untuk memasak juga mengurangi pencemaran lingkungan dan yang terpenting dapat mengurangi ketergantungan pemakaian bahan bakar minyak bumi yang tidak bisa diperbaharui.
Karya : Efi Usdiana. S.Pd
Email : usdianaefi@gmail.com
0 Comments