Menolak gaptek di era disrupsi
Kemajuan teknologi tidak dapat dihindari dari kehidupan manusia sebab kemajuan teknologi akan terus berjalan seiring berkembangnya ilmu pengetahuan. Teknologi sendiri telah ada sejak dulu, naluri manusia yang ingin hidup serba mudah dan nyamanlah yang mendorong mereka untuk terus berinovasi. Khusus dalam bidang teknologi, masyarakat kini telah menikmati banyak manfaat dari hasil inovasinya serta berbagai cara baru pun telah tercipta untuk mempermudah aktivitas mereka.
Masa lahirnya beragam inovasi ini mengakibatkan perubahan secara masif, yang selanjutnya disebut sebagai era disrupsi. Dilansir dari gramedia.com disrupsi diartikan sebagai suatu era terjadinya perubahan besar-besaran dan inovasi yang secara fundamental mengubah hampir semua tatanan, sistem dan landskap yang ada dengan cara yang baru. Era disrupsi tidak terlepas dari adanya revolusi industri. Beberapa dekade belakangan ini telah menunjukan perubahan yang signifikan pada bidang teknologi. Dimulai dari penemuan mesin uap di Inggris pada abad ke-18 yang kemudian tersebar ke berbagai negara, lalu berkembanglah pembangkit listrik dan otomatisasi, hingga pada abad ke-21 berkembanglah Internet of Things (IoT), yaitu kemampuan berbagi data yang saling terhubung melalui jaringan internet dengan memanfaatkan komputasi awan (could computing).
Peradaban teknologi yang semakin pesat mampu mengadopsi cara berfikir serta menirukan perilaku manusia dalam bentuk robot ataupun program komputer, inilah yang kemudian dikenal dengan istilah kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Keberadaan IoT dan AI dapat ditemukan pada monitoring kesehatan jarak jauh, virtual reality, smart city, dan lain sebagainya.
Sudah pasti ini tercipta untuk membuat hidup manusia lebih produktif dengan mengurangi tenaga, waktu dan biaya.
Disrupsi teknologi menuntut kemampuan belajar memahami dan beradaptasi yang cepat tentang dunia beserta perkembangannya, supaya ide-ide baru dapat tersalurkan untuk menghasilkan berbagai capaian kemajuan. Disisi lain disrupsi teknologi juga mengancam orang-orang gaptek atau gagap teknologi, mereka akan kewalahan terhadap pesatnya perkembangan, mereka adalah orang yang masih bertahan dengan cara konvensional dan belum familiar dengan dunia internet serta kecanggihan teknologi. Teknologi di masa depan dipastikan akan lebih canggih diabanding hari ini, jika masyarakat masih gaptek maka kelak mereka akan semakin tertinggal dan banyak mengalami kesulitan. Manusia nantinya tidak hanya bersaing dengan sesama manusia melainkan juga dengan kecerdasan buatan hasil ciptaannya.
Gagap teknologi tidak hanya menyerang orang tua saja, namun juga menyerang usia produktif. Beberapa penyebabnya adalah persebaran penduduk desa dan kota yang kurang merata, harga alat teknologi yang dirasa mahal untuk beberapa kalangan menengah kebawah, serta sikap enggan mempelajari hal baru.
Kesadaran diri merupakan upaya paling ampuh untuk mengatasi kegagapan teknologi. Dengan menyadari akan ketidaktahuan terhadap sesuatu, seseorang akan terdorong untuk mempelajari hal tersebut. Hampir seluruh kegiatan manusia kini menggunakan internet, sehingga persediaan gadget yang terintegrasi dengan internet semakin melambung. Pasar gadget menyediakan beragam jenis dan harga yang dapat disesuai dengan kebutuhan. Dengan memiliki smartphone atau komputer, seseorang dapat dengan leluasa menambah pengetahuan dan menjalin relasi dengan orang yang berbeda daerah.
Selanjutnya, literasi digital juga mempengaruhi cara masyarakat menyikapi era disrupsi. Dalam Wikipedia pun tertulis bahwa UNESCO mengakui literasi digital merupakan life skill yang tidak hanya melibatkan perangkat teknologi informasi dan komunikasi saja, melainkan juga melibatkan kemampuan belajar, bersosial, berfikir kritis, kreatif serta inovatif sebagai kompetensi digital.
Kesadaran untuk meningkatkan literasi digital, dapat menunjang pengaplikasian teknologi pada kehidupan sehari – hari. Misalnya, penggunaan smartphone tidak hanya sebagai alat komunikasi namun dapat digunakan sebagai sistem kendali pada smarthome, sosial media sebagai sarana self-branding guna menunjang karir seseorang, atau bahkan memanfaatkan gadget untuk monitoring tanaman oleh petani modern.
Dengan sikap bijaksana, adakalanya mengikuti arus perkembangan itu penting. Adanya kemudahan belajar melalui internet diharapkan masyarakat dapat melek teknologi untuk dapat bersaing di era ini. Dalam hal ini kalau menyadari dirinya tertinggal, maka jangan diam saja, segera belajar dan kejar ketertinggalan. Dunia akan terus mengalami perkembangan tanpa menunggu siapapun.
Karya : Nastangini
Email : nastnastangini@gmail.com
0 Comments