Gambar 1. Transhumanisme (Sumber : Buzzwebzine.)
“Menuju Manusia Transcendental: Mengembangkan Potensi Manusia Melalui Transhumanisme dan Teknologi Masa Depan”
Oleh: Jestin Prima Agli
Saat ini kita sudah memasuki era transhumanisme yang dilihat dari ketergantungan manusia terhadap teknologi, baik dalam aktivitas sehari-hari maupun dalam pekerjaan. Transhumanisme adalah gerakan intelektual yang mempercayai bahwa manusia dapat dimodifikasi melalui penggunaan teknologi untuk memiliki kemampuan fisik, psikologis, dan biologis yang luar biasa. Konsep “transhumanisme” ini menjadi topik hangat di kalangan ilmuwan dan filosof, yang mempertimbangkan potensi teknologi untuk meningkatkan potensi manusia secara dramatis. Di tandai sejak abad ke-20, dimana manusia telah berhasil mengembangkan teknologi yang memungkinkan kita untuk mengatasi berbagai tantangan dan memperbaiki kualitas hidup, seperti penemuan obat-obatan dan vaksin yang membantu manusia melawan penyakit mematikan. Para ilmuwan sekarang sedang mengembangkan teknologi nano untuk mentransformasi DNA manusia, yang menjadi tahap awal dalam fenomena era transhumanisme.
Perkembangan teknologi komputer dan internet yang semakin cepat dan berevolusi telah mengubah cara manusia berkomunikasi dan berinteraksi melalui mesin. Artinya manusia akan selalu bergantung pada teknologi dan ketergantungan
ini membutuhkan modal sosial dan finansial untuk mengaksesnya. Selain itu, meningkatnya kapasitas manusia hanya dapat dinikmati oleh kelas elit karena hanya mereka yang mampu mengakses teknologi transhumanisme. Terlebih lagi, meskipun idealnya nilai-nilai transhumanisme seharusnya menjadi pencerahan bagi manusia, namun faktanya masih banyak masalah global yang belum dapat diatasi oleh teknologi saat ini, seperti perubahan iklim, kemiskinan, ketidakadilan sosial, dan ketidaksetaraan ekonomi. Selain itu, masalah yang berkaitan dengan tubuh dan pikiran manusia, seperti penuaan, kelemahan fisik, dan gangguan kesehatan mental, juga masih belum dapat diatasi sepenuhnya oleh teknologi.
Meskipun teknologi telah membawa banyak manfaat, peran teknologi semakin kompleks dan diperdebatkan dalam kasus transhumanisme. Teknologi yang digunakan untuk memodifikasi tubuh manusia meliputi teknologi digital, rekayasa hayati, nanoteknologi, dan kecerdasan buatan dapat membantu para ilmuwan dalam melakukan eksperimen dan menciptakan inovasi teknologi. Tubuh manusia yang telah diimplan dengan teknologi tersebut disebut sebagai transhuman atau transmanusia, sedangkan orang yang mendukung gerakan ini disebut sebagai transhumanis. Dengan menggunakan teknologi implan, manusia dapat meminimalisasi masalah yang mereka hadapi seperti penyakit dan mempersingkat proses dalam pekerjaan.
Namun, perlu diperhatikan bahwa meskipun teknologi memiliki potensi besar dalam meningkatkan kemampuan manusia di masa depan, penggunaannya harus diatur dengan baik untuk menghindari terjadinya ketimpangan sosial dan keberatan. Dimana, pemerintah, ilmuwan, dan penyedia layanan transhumanisme harus berusaha memberikan akses kepada semua orang tanpa memandang status sosial. Hal ini menjadi tantangan bagi negara berkembang karena pusat teknologi antara negara maju dan berkembang akan semakin terlihat. Oleh karena itu, transhumanisme harus dilakukan dengan bijak dan diatur dengan baik agar tidak menimbulkan masalah sosial.
Dalam artikel ini, penulis membahas berbagai aspek tentang transhumanisme dan teknologi masa depan, termasuk augmentasi tubuh manusia, peningkatan kemampuan berpikir manusia, dan perubahan perilaku individu. Tak hanya itu,
penulis juga menjelaskan bagaimana manusia dapat mencapai bentuk transendental melalui penggunaan teknologi canggih dan biologi sintetik, serta mengeksplorasi manfaat dan risiko perubahan radikal ini terhadap masyarakat dan individu.
Selanjutnya, penulis juga membahas mengenai peningkatan potensi kemampuan fisik, kognitif, dan adaptasi, serta terwujudnya sosial dan etika yang terkait dengan penggunaan teknologi ini. Dimana, menurut Sarwant Singh, Senior Partner dari Frost & Sullivan, gerakan transhumanisme akan mempengaruhi tiga aspek, yaitu tubuh, pikiran, dan perilaku, sebagai berikut:
A.Augmentasi Tubuh Manusia
Dalam gerakan transhumanisme, teknologi dan mesin yang ditanamkan pada tubuh manusia menjadi hal yang penting. Transhumanis percaya bahwa teknologi dapat meningkatkan kemampuan manusia secara biologis dan menemukan kapasitas manusia. Beberapa contoh modifikasi tubuh melalui teknologi termasuk pemasangan lensa kontak yang dapat mengambil foto dan video, penerjemah earbud bahasa universal, body hacking, implan otak, dan banyak lagi.
B.Peningkatan Kemampuan Berpikir Manusia
Rekayasa teknologi dalam gerakan transhumanisme juga digunakan untuk meningkatkan kemampuan pikiran manusia. Contohnya, Brain-Machine Interface (BMI) yang memungkinkan komunikasi lebih lancar dan tanpa kesalahan. Teknologi lain seperti neurostimulator, nootropika, dan realitas virtual juga dapat meningkatkan kapasitas otak manusia. Di masa depan, manusia bahkan dapat mentransfer pikirannya ke orang lain dan mesin.
C.Perubahan tingkah laku
Menurut Singh, perilaku juga menjadi aspek penting di era transhumanisme. Perilaku manusia akan dipengaruhi oleh studi kolaboratif dari perilaku, gamifikasi, dan kecerdasan buatan. Pemerintah dan korporasi akan menerapkan kolaborasi tersebut kepada masyarakat dengan harapan manusia menjadi lebih efisien, optimal, empatik, kolaboratif, dan termotivasi.
Ketiga elemen dalam gerakan transhumanisme saling terkait. Tujuan utama para transhumanis adalah untuk meningkatkan kemampuan manusia melebihi standar yang ada sehingga manusia dapat menyelesaikan berbagai permasalahan di
masa lalu. Para transhumanis percaya bahwa di masa depan, semua tugas dapat diselesaikan dengan lebih cepat, akurat, dan efisien karena mereka meyakini bahwa ini akan menjadi sebuah kepastian.
Gerakan transhumanisme sebagai sebuah upaya untuk meningkatkan kemampuan manusia melalui penggabungan teknologi dan tubuh manusia. Transhumanisme menawarkan banyak kemungkinan di masa depan, namun perlu diwaspadai akan dampak sosial dan etis yang mungkin timbul. Salah satu kekhawatiran utama adalah bahwa transhumanisme akan memperlebar kesenjangan sosial antara kelompok kaya dan miskin serta menimbulkan pertanyaan tentang kelas manusia baru.
Dalam konteks ini, perlu adanya pemahaman dan kesadaran yang utuh mengenai masalah etika yang terkait dengan perkembangan teknologi dan transhumanisme. Sementara itu, transhumanisme juga membawa potensi besar dalam mengatasi berbagai permasalahan yang ada di masa lalu dan memberikan kemampuan manusia yang lebih baik dalam menyelesaikan berbagai masalah di masa depan. Meskipun ada banyak tantangan dan risiko yang harus dihadapi nantinya. Dilandasi dengan pengembangan teknologi yang tepat, penulis yakin bahwa kita dapat mencapai kemajuan yang luar biasa dalam meningkatkan kualitas hidup manusia dan mewujudkan potensi manusia yang sejati. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk mengembangkan teknologi dan transhumanisme dengan memperhatikan implikasi etis dan sosialnya agar dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat secara keseluruhan.
0 Comments