Teknologi Semakin Maju? Siapa Takut?
Oleh : Yessi Aulia Yuniar
Teknologi di zaman dahulu ternyata tidak secanggih yang ada di zaman sekarang, contohnya teknologi komunikasi. Dahulu orang awam masih menggunakan alat komunikasi seperti surat, kentongan, bahkan dedaunan yang sekiranya bisa mereka gunakan untuk menulis. Mereka harus mengorbankan banyak waktu dan tenaga. Hal itu dikarenakan alat komunikasi mereka masih terbilang sederhana.
Di zaman-zaman berikutnya, lahir teknologi terbilang memadai. Dedaunan pun sepertinya sudah tidak ada orang yang menggunakannnya lagi sebagai alat komunikasi. Masyarakat dikenalkan dengan adanya telepon genggam yang dapat digunakan untuk telfon dan mengirim SMS.
Akan tetapi, tahukah kalian siapa penemu telepon genggam pertama? Penemu telepon genggam pertama adalah Martin Cooper pada tahun 1983. Tentu saja itu membawa kabar gembira bagi masyarakat umumnya. Akhirnya mereka bisa merasakan mengirim SMS dan mendengar suara orang dari jarak jauh melalui telepon genggam.
Foto Martin Cooper
Sumber Gambar : AFP.com
Teknologi semakin berkembang di generasi berikutnya. Kini, telepon genggam tadi bisa digunakan untuk memotret diri ataupun memotret pemandangan sekitar. Bukankah masyarakat antusias akan hal ini?
Sumber Gambar : pexels.com
Kini fitur-fitur dalam telepon genggam/ponsel ikut berkembang pula. Sosial media salah satunya. Dengan adanya sosial media, seseorang bisa tahu keadaan dunia luar hanya denhan bermain sosial media. Informasi-informasi akurat terpercaya juga bisa mereka ketahui. Betapa canggihnya teknologi komunikasi di zaman ini membawa mereka ke dalam ruang lingkup dunia maya.
Pada awalnya, masuk dunia maya dirasa sangat menyenangkan dan asik ketika menggunakan media sosial media dengan baik. Namun, apa yang terjadi jika gagal dalam memanfaatkan sosial media? Masyarakat bisa saja terjerumus ke dalam jahatnya dunia maya.
Lagipula, kita belum tahu apa tujuan seseorang dibalik kegiatan bersosial media. Beberapa kasus pun terjadi, seperti munculnya komentar buruk dalam postingan foto atau video orang lain, mencuri password sebuah akun, baik akun personal maupun perusahan, tertipu pinjaman online, dan banyak lagi.
Selain itu, apabila sudah terjerumus dalam jahatnya dunia maya, cenderung menyebabkan seseorang mengalami fomo. Fomo (Fear Of Missing Out ) didefinisikan sebagai rasa takut tertinggal akan sesuatu atau takut ketinggalan trend. Misalnya saat teman memosting foto sedang liburan di tempat yang sedang trending, mempromosikan usahanya, merekam diri di kala belajar suatu materi. Sementara, kita hanya berdiam diri di rumah tanpa melakukan apapun, hanya perasaan iri dengki yang timbul.
Sumber Gambar : pexels.com
Bahkan, ada juga yang menangisi diri sendiri karena belum merasa cukup bagi dirinya dan orang lain. Padahal perilaku tadi menyebabkan kita larut dalam stress loh. Lalu, bagaimana kita menghindari fomo dan mampu memanfaatkan media sosial dengan baik?
Baiklah, cara yang bisa kita lakukan adalah dengan mengambil sisi positif dari hal-hal yang ada di dunia maya atau kebiasaan fomo. Usahakan jangan merasa iri dengan orang di luar sana. Jika mereka memosting sebuah keberhasilan, anggap saja mereka mencoba mengapresiasi diri, kemudian dengarkan musik kesukaan supaya pikiran lebih tenang.
Melakukan hoby ternyata bisa menghindarkan kita dari kebiasaan fomo. Semisal mengambil satu contoh, kita suka menulis cerita. Maka dari itu, lakukan saja. Cari tempat yang nyaman dan tenang. Hal ini akan membuat alur cerita lebih mantap lagi. Terlebih jika punya ketertarikan untuk mengikuti lomba.
Lagipula, di zaman yang serba canggih ini banyak sekali lomba-lomba dari sosial media. Informasi seputar lomba berbayar ataupun gratis dapat dicari tahu dari Instagram. Puluhan bahkan ratusan akun menyediakan lomba secara online, sehingga peserta lomba tidak harus datang ke kota tempat perlombaan.
Sumber Gambar : pexels.com
Menang kalah sudah biasa, yang terpenting adalah kita mendapatkan pengalaman mengikuti lomba. Semakin banyak perlombaan yang diikuti, semakin percaya diri kita untuk mengeksplor kemampuan yang ada.
Jadikan kebiasaan fomo sebagai motivasi, bukan sebagai jalur yang bisa mencelakakan diri sendiri dan orang lain. Selain itu, kita juga akan lepas dari jahatnya dunia maya. Oleh karenanya, kita harus cerdas dalam bersosial media. Jangan takut menghadapi kemajuan teknologi, terutama teknologi komunikasi yang sedang berkembang saat ini. Bijaklah, dan rasakan manfaatnya.
0 Comments