Wisata Kuliner Mahasiswa : Hidden Gem sampai Trend Marah-Marah

Uploaded by ZakaFahmi

May 21, 2023

Wisata Kuliner Mahasiswa : Hidden Gem sampai Trend Marah-Marah

 Opini Yudha Adi Putra

Akhir-akhir ini bermunculan trend wisata kuliner di media sosial. Media sosial menjadi penyebar informasi, termasuk untuk wisata kuliner. Industri kuliner dalam adaptasinya menarik bagi mahasiswa. Mahasiswa bisa mendapatkan referensi dan motivasi belajar. Upaya dilakukan berbagai pihak untuk mengkreasikan model pemasaran. Tentu, rekomendasi dan testimoni mahasiswa juga berperan. Memang benar, bentuk pemasaran tradisional sudah banyak berubah. Dalam perubahan tersebut, mahasiswa juga turut memberi warna. Tentu bukan tanpa alasan, mahasiswa sebagai generasi muda meramaikan trend kuliner. Mahasiswa sendiri memiliki kesenangan belajar hal baru. Mereka yang berasal dari daerah berbeda, akan menjelajah dan mencoba hal baru. Sebagai generasi digital dan memiliki rasa penasaran, mereka membawa dampak dalam wisata kuliner.

Kesempatan Belajar

Mahasiswa perlu memperhatikan juga strategis pemasaran hingga peluang untuk belajar. Ada pengalaman kuliner, sekaligus dalam pengenalan budaya. Wisata kuliner mahasiswa juga menjadi daya bagi UMKM. Banyak UMKM terdukung oleh karena wisata kuliner yang dilakukan mahasiswa. Belum lagi, mereka meninggalkan jejak digital serta testimoni yang menarik. Itu bisa menjadi daya tarik. Trend makanan populer di media sosial akan membuat orang penasaran. Rasa penasaran itu akan mendorong untuk kulineran. Hingga promosi terjadi. Misalnya saja, pernah ada kuliner yang viral. Alasannya sederhana, pelayan di tempat makan itu melayani sambil marah-marah.

Kekhasan dan Kreativitas

Bentuk pelayanan dalam wisata kuliner menjadi identitas. Kekhasan itu bisa memicu rasa penasaran dan tantangan bagi mahasiswa. Mahasiswa saat ini juga merupakan generasi digital. Mereka memiliki jiwa petualangan. Implementasinya pada pencarian kuliner yang khas. Bahkan, ada yang rela sampai ke pelosok desa. Itu dilakukan demi bertemu makanan. Makanan dengan iklan di media sosial. Belum lagi, terdapat potensi narasi memilukan. Seolah, dalam wisata kuliner itu juga menjadi aksi sosial. Misalnya, ada pedagang yang tidak laris. Tapi, makanan yang dijual enak. Itu menjadi sasaran, nanti mahasiswa akan mengunggah di media sosialnya. Unggahannya berupa ajakan hingga narasi untuk berbagi. Bentuk pengaruh dapat terjadi. Apalagi, makanan menjadi bahasan menarik bagi mahasiswa. Seiring dengan munculnya tren wisata kuliner, dalam dinamika ekonomi juga terjadi peningkatan. Begitu juga secara sosial, ada perjumpaan yang beragam. Ketika ini terjadi, mahasiswa belajar untuk komunikasi. Bahkan, tidak jarang menjadi termotivasi untuk mencoba bisnis kuliner.

Baca juga :   Lebih akurat mana Waze vs Google Maps

Viral dan Manfaat untuk Kesehatan

Dalam wisata kuliner mahasiswa, setiap produk kuliner memiliki kekhasan akan diviralkan. Entah dari siapa dan bagaimana keadaannya. Keprihatinan justru menjadi narasi mendukung. Untuk dilayani dan menemukan rasa dalam wisata kuliner. Berangkat dari pengalaman berbagi mahasiswa itulah, diperlukan persiapan juga bagi pelaku usaha kuliner. Dimana perkembangan akan adaptasi, kreasi, serta kejujuran menjadi perlu. Umumnya, bentuk dinamika UMKM dan kuliner seperti itu akan disenangi oleh masyarakat. Bukan menjadi persoalan mudah, ketika tren kuliner tidak terkendali. Memunculkan berbagai kreasi, dalam kemasan saja. Untuk itu, perhatian pada manfaat makanan juga perlu. Jadi, tidak hanya supaya viral saja. Akan tetapi, ada perhatian akan kesehatan dan kebermanfaatan. Untuk tujuan ini, mahasiswa dapat berperan. Setidaknya untuk peka dan belajar dari apa yang ada di sekitarnya. Apa pun yang dilakukan dalam wisata kuliner, itu memang menyenangkan. Setiap orang butuh makan. Sehingga, semuanya itu memerlukan persiapan UMKM dan mahasiswa untuk memulai kreasi kuliner sebagai alternatif untuk wisata kuliner.

 

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *